Selasa, 25 Maret 2014

Menjadi Orang Indonesia Sejati

Erang hila aku manyiangan lengan, rueh makis kuai manatuien leut
Supan wae aku manyiangan lengan, sidap sarung kuai minutuien leut
Daya budu dintung aku ngandrei watang tenga, dilu nate kuai nunup pakun munuk
Daya puang uweng aku bagaguru nginung, Anuh naan kuki bagukawit ngapang
 

Penggalan Tumet leut ini mengantarkan penulis untuk menyampaikan pemahaman pribadi, utamanya tentang dua seni sastra Dayak yang ada di Kalimantan Tengah. Tumet Leut dayak Maanyan dan Karungut Dayak Ngaju dalam persepsi kekayaan budaya di Kalimantan Tengah. Seperti mengapa ada Betang di DAS Barito alih-alih Lewu Hante begitu pula mengapa harus mempelajari Karungut saat belum mampu menguasai Tumet Leut.

Tumet adalah rangkaian bahasa sastra adat dayak maanyan, penuh dengan kiasan yang tidak bisa diartikan secara harfiah. bahasa yang digunakan adalah bahasa "Pangunraun", dilantunkan dengan berbagai versi nada yang disebut leut. http://komandanmaanyan.blogspot.com

Karungut adalah tradisi sastra Dayak Ngaju, dikenal sebagai salah satu jenis puisi tradisional yang dituturkan dengan cara melantunkan atau mendendangkannya secara lisan (oral poetry) pada acara-acara keramaian, acara adat atau pada lingkungan rumah. Adianto (1987:18) bahasa yang digunakan adalah bahasa Sangiang atau bahasa Sangen (bahasa Dayak Ngaju Kuno) http://dayak-artmusic.blogspot.com.

Dari bahasa yang digunakan kedua jenis seni sastra ini  sudah sangat berbeda, belum lagi dari versi nada, alat musik pengiring. Mungkin hal yang menjadi persamaan kedua seni sastra ini adalah keduanya didendangkan secara lisan (oral poetry). 

Menjadi pertanyaan saat dimunculkan lomba Karungut pada Festival Tahunan Isen Mulang, seluruh kabupaten di Daerah Aliran Sungai Barito terpaksa harus beradaptasi untuk mempelajari seni sastra Dayak Ngaju. Hal ini dilakukan sebab lomba karungut memberikan satu point penilaian untuk menjadi juara umum pada festival ini. Apakah ini salah satu bentuk penjajahan budaya? seperti seluruh Indonesia yang diharuskan memakai pakaian batik, bukannya kain ulos, benang bintik dan berbagai pakaian daerahnya masing-masing.

Cukup menggelikan mendengar peserta dari DAS Barito yang mencoba melantunkan karungut dengan logat berbeda,  hampir dipastikan mereka tidak akan mampu bersaing dengan penutur asli bahasa Dayak Ngaju. Begitu pula bila seluruh Kalimantan Tengah harus belajar seni sastra Tumet Leut Dayak Maanyan.

Mengutip pernyataan seorang budayawan "untuk menjadi orang Indonesia sejati, pelajarilah budaya mu sendiri bukan budaya orang lain. yang jawa pelajari budaya jawa, yang sunda pelajari budaya sunda, yang bali jadilah orang bali sejati". Bila seseorang tidak mengenal budayanya sendiri lalu siapakah dirinya????

Tidak ada komentar:

Posting Komentar