Senin, 09 November 2009

UPACARA MANSAR


UPACARA MANSAR
Upacara atau ritual adalah sistem aktivitas atau rangkaian tindakan yang ditata oleh adat atau hukum yang berlaku dalam masyarakat yang berhubungan dengan berbagai macam peristiwa yang biasanya terjadi dalam masyarakat yang bersangkutan. Ritual Mansar pada suku dusun di daerah aliran sungai (DAS) barito merupakan salah satu upacara atau ritual, yng dengan legalisasi dari agama hindu kaharingan menjadikannya upa
cara keagamaan. Mansar adalah salah satu tahap dalam rukun kematian dimana keluarga arwah atau keluarga yang mengadakan upacara bagi orang yang sudah meninggal ini harus melakukan berbagai tahapan rukun kematian. tujuan akhir yang akan dicapai adalah sang arwah mencapai surga dengan aman. Upacara ini adalah tahapan memindahkan arwah dari alam bawah atau dari atas tanah ke alam penantian menunggu sebelum upacara terakhir yaitu wara. Lebih identik dengan kegiatan pemugaran makam. Biasanya upacara berlangsung selama 7 hari 7 malam, namun terkadang disesuaikan dengan budaya di daerah tempat upacara dilakukan. Dimulai dimulai dengan kegiatan mengundang para tu'eh tumpuk (sesepuh desa) dan para penghulu dari beberapa desa untuk merembukan berbagai hal seperti : wara wayu yang akan diundang memimpin upacara, rangkaian kegiatan, dan berbagai persiapan lainnya. Berdasarkan hukum adat yang berlaku, diperlukan lebih dari 3 Mantir dari desa sekitar baru kegiatan ini dapat dilaksanakan. Hari pertama adalah pembuatan tukung tung tiung yandg ditempatkan di tiang tengah rumah, malamnya dilanjutkan dengan memasang seluruh perlengkapan upacara sebelum ngampiharung (mempersilahkan duduk) wara wayu, Mantir, atau salah satu anggota keluarga yang dituakan akan menanyakan syarat-syarat serta perlengkapan apa saja yang perlu disiapkan sebelum dan saat upacara dilakukan. Setelah semuanya siap, maka upacara dapat dimulai. 3 hingga 4orang wara wayu memulai upacara dan duduk di dekat tukung tung tiung, kegiatan ini dilakukan sepanjang malam. sesekali alat musik tradisional dibunyikan mengiringi doa-doa yang diucapkan para wara wayu. menjelang pagi para mantir dan keluarga penyelenggara upacara berkumpul untuk merembukan kegiatan apa yang akan dilakukan hari itu, segelas kopi dan tuak disajikan kepada semua orang yang hadir. sesekali para mantir menanyakan kepada wara wayu apa saja yang diperlukan untuk kegiatan selanjutnya.